Senin, 03 Juni 2013

Rintihan Anak Pinggiran

Oleh:
Iksan Mahendra A.
Arif Rizky
M. Darmansyah
M. Muda


Suara desiran air terdengar dibawahnya dan suara motor saling bersahutan diatasnya,,kini tempat bernaungnya pun tak mampu menahan terik sinar metahari hingga kini panasnya seakan membakar kulit.
            Sebut saja namanya Cecep.Hari itu perut Cecep begitu sakit, seakan-akan cacing diperutnya berontak meminta makan.Memet tau perutnya sakit lantaran dua hari ini perutnya tidak terisi nasi, Cecep baru berumur 12 tahun, dia hidup hanya berdua dengan adiknya yang bernama Memet dengan usia 7 tahun, mereka hanya berdua karna kedua orang tuanya meninggal akibat  banjir bandang yang terjadi 3 tahun yang lalu. Cecep pun harus menghidupi adiknya.
            Hari itu kira-kira pukul 12.00 adiknya menangis,Cecep pun bingung mengapa adiknya menangis. Cecep bertanya kepada adiknya.
                        “ Memet kenapa kamu menangis ?” Tanya kakanya sambil kebingungan.
                        “Kakak perut memet sakit seharian ini Memet belum makan kak !” Memet menjawab sambil menangis.
                        “ kakak akan mencarikan kamu makanan tapi kamu jangan kemana-mana ?”
                        “baik kakak Memet akan menunggu kakak dirumah”
            Cecep pun langsung mengambil karung dan pergi. Cecep kini berjalan sebari mengais sampah yang ada di jalanan sambil menahan sakitnya perut karna sudah dua hari belum makan. Cecep terus mengais sampah sambil berharap dapat mengumpulkan sampah dengan banyak agar nanti ketika menjual berharap dapat membelikan makanan untuk adiknya.
            Tak terasa Cecep sudah 5 jam lebih berbaur dengan tumpukan sampah namun  hasil yang didapatnya tidak banyak. Namun karna Cecep khawatir dengan adiknya dirumah akhirnya memet memutuskan untuk pulang dan menjual hasil yang didapatnya tadi.
            Setelah sampai dipengepul memet langsung menimbang hasil jerih payahnya. Namun Cecep hanya bisa diam karna jerih payahnya hari ini hanya dihargai Rp.2.000 saja, Cecep pun bingung uang yang segitu mau untuk apa. Mau membeli beras tak cukup lalu dia hanya membeli kerupuk dan garam saja.
            Diperjalanan pulang memet masih berfikir, hari ini dia dan adiknya makan apa. Setelah lama berjalan ia melihat sebuah pabrik keripik singkong dia berfikir ingin membantu di pabrik itu dengan harapan diberi singkong untuk mengganti nasi.tapi sayang nasib berkata lain orang pabrik tidak membolehkan anak kecil itu ikut membantu dengan alasan belum cukup umur.
            Cecep pun ingat almarhum ibunya dulu pernah makan kulit singkong untuk pengganti nasi. akhirnya Cecep mencari dimana tempat pembuangan di pabrik itu. Ia mengambil kulit kulit singkong yang masih bisa ia gunakan untuk makan. Akhirnya setelah mengambil kulit singkong itu ia pulang.
            Sesampainya Cecep dirumah ia langsung melihat adiknya, Cecep meneteskan air mata karena  melihat adiknya kelaparan hingga ia tertidur sambil memegang perut. Cecep langsung kedapur untuk mencuci kulit singkong tadi samapai bersih.
            Cecep masih saja menangis dia ingat saat bersama ibu dan ayahnya ketika merasa susah senang, namun kini semuanya berubah, kini mereka hanya berdua. Kini ia hanya bisa menangis dan berjuang melawan kerasnya hidup bersama adiknya.
            Sekarang ia memarut kulit singkong tadi sampai semuanya halus. namun air matanya terus saja mengalir hingga menetes di parutan singkong tadi seakan singkong tadi dibumbui oleh rasa haru.setelah itu ia mengukus kulit singkong tadi yang sudah diparutnya. Selagi menunggu singkong yang dikukusnya tadi ia mebersihkan diri di sungai.
            Tak terasa sang fajar kini mulai redup seiring tanda berakhirnya perjuangannya hari ini. Ia pun bergegas sholat,ia  masih ingat kebesarannya dan  bersyukur kepada tuhan atas apa yang didapatnya hari ini meskipun hanya kulit singkong. Setelah sholat dan berdoa ia membangunkan adiknya dan menajaknya makan malam. Adiknya pun bertanya kepada Cecep.
            “ Kakak hari ini kita makan apa ?” Cecep lalu menjawab.
            “ Kakak gak bisa memberikan lebih, kita hari ini hanya makan kulit singkong dengan lauk kerupuk dan garam.” Tapi adiknya tersenyum dan bahagia walaupun hanya makan seadanya.
            Cecep berkata pada adiknya. “ memet hari ini kita sukuri apa yang ada kita berdoa saja semoga besok kita  ditambah lagi kenikmatan nya amin.” Mereka pun melanjutkan makanya.
            Cecep menangis ketika sedang makan, melihat adiknya begitu lahap makan walaupun hanya dengan kulit singkong dan kerupuk saja . Adiknya pun bertanya “ kakak kenapa menangis ?” Cecep menjawab “ kakak ga papa de.” Padahal didalam hati Cecep berkata, sungguh malang nasib adik ku ini  seharusnya ia tidak boleh merasakan pahitnya hidup ini iya hanyalah seorang anak kecil.
            Malam itu terasa dingin dan gelap hanya ada lilin yang menerangi mereka. Malam kian larut adiknya pun tertidur walaupun hanya beralaskan kardus-kardus bekas tetapi adiknya begitu nyenyak tertidur. Cecep pun menyelimuti adiknya dengan selimut yang penuh tambalan.
            Kini Cecep pun mulai merasa lelah karna seharian ia bekerja untuk mencari makan untuk dia sendiri dan adiknya, Cecep pun tertidur pulas karna kecapean.
            Mereka tak sadar kalau lilin tadi tak sempat mereka matikan, dan naasnya lilin tadi terkena tumpukan kain. Akhirnya api menyala dengan cepat namun untungnya Cecep sadar kalau didalam rumahnya terasa begitu panas dan akhirnya Cecep terbangun ia terkejut melihat api yang menyala besar ia langsung membangunkanadiknya “ memet cepat bangun rumah kita terbakar sambil berteriak kebakaran-kebakaran “ adiknya pun terbangun dan terkejut cecep langsung menggendong adiknya dan berlari keluar rumah. Sayang sekali mereka tidak bisa menyelamatkan apa-apa. Api begitu cepat orang pun sudah berusaha memadamkan api namun tidak bisa karna rumahnya terbuat dari kayu.
            Kini api pun mulai padam namun tak ada lagi yang dapat diselamtkan karna rumah habis terbakar yang tersisa hanyalah baju dan celana yang melekat dibadannya. Adik Cecep menangis melihat rumahnya terbakar. Cecep begitu menyesal dan tak dapat berkata apa-apa karna satu-satunya peninggalan dari orang tuanya yaitu rumah tua penuh lubang itu terbakar karna kecerobohannya. mereka berdua pun menagis melihat rumahnya rata dengan tanah.      
            Mereka berdua menangis tak henti-hentinya sambil berpelukan. Kini sang fajar mulai timbul. Mereka bingung harus kemana lagi mereka pergi, mereka sebatang karang tanpa rumah dan keluarga.mereka seperti ranting yang terapung terguncang ombak ditengah laut tanpa tujuan.
            Tapi Cecep tak pernah putus asa dengan semuanya dia kini mulai bangkit kembali dan dia menasehati adiknya agar bisa tabah dan sabar. Namun adiknya bertanya “ kakak lalu kita sekarang tinggal dimana ? kita tak mempunyai keluarga kakak” Cecep pun menjawab dengan sabar dan senyuman “ kita tak perlu khawatir adik ku kita bisa tidur dimana saja yang penting kita jangan menyerah kita terus berjuang melawan kerasnya hidup adik ku” mereka berdua pun kini mulai melupakan kejadian tadi malam dan menghapusnya dengan semangat dan senyuman.
            Cecep pun mengajak adiknya untuk ikut bersamanya untuk mengais rejeki  dengan harapan hari ini mereka bisa makan.” Memet ayo ikut kaka  kita mencari makan”memet pun  menjawab dengan senyum lebar “ iya kakak ayo.semangat kakak.”mereka berdua pun berjalan sambil mengais sampah-sampah yang masih bisa didaur ulang.
            Kini perut mereka pun mulai kelaparan, mereka bingung harus makan apa. Cecep pun berusaha mencari makanan tapi mereka berdua tak memiliki uang. Jadi Cecep mencoba mencari di baksampah barang kali ada sisa makanan yang masih bisa mereka makan.
            Samapi di komplek perumahan elit, mereka mencari makanan di baksampah-baksampah, ternyata mereka mendapatkan nasi kotak yang didalamnya masih baik dan layak dimakan. Cecep pun berkata kepada adiknya “ memet kamu mau gak makan nasi ini soalnya hanya ada ini yang bisa dimakan hari ini kakak gak bisa beli makanan karna kakak tidak punya uang sedikit pun.?” Adiknya pun hanya tersenyum “ kakak kita sukuri apa yang ada sama seperti ucapan kakak kemaren,mudahan saja besok kita akan diberikan rezeki yang lebih 
            Mereka berdua pun kini makan dengan lahapnya karna seharian belum makan dan berjuang di tengah panasnya terik matahari. Tak terasa sudah jam untunk pulang padahal mereka belum banyak sampah yang didapatnya. Tapi karna kasian dengan adiknya ia memutuskan untuk berhenti. Malam ini mereka akan tidur di emperan ruko-ruko.
            Mereka berniat akan menukarkan hasil jeripayahnya berdua kepengepul besok.  kakak memet hanya menangis melihat adiknya ikut seperti ini tapi mau apalagi.  adiknya sudah tertidur  dan iya menutupkan kardus itu ke adiknya agar tidak kedinginan. Ia pun mulai tidur juga, untuk mengumpulkan tenaga buat besok lagi mencari secerca harapan.
            Pagi pun telah datang mereka berdua pun siap-siap untuk kembali berjuang diantara tumpukan sampah guna berharap mendapatkan lembaran-lembaran rupiah untuk bisa mengisi perut mereka berdua.
            Mereka berdua selalu tersenyum walupun kenyataannya hidup mereka pilu, tapi entah apa yang mebuat mereka yakin bahwa kebahagiaan pasti akan datang suatu hari nanti pada mereka. Cecep memanggil adiknya untuk beristirahat sejenak “ memet ayo sini kita istirahat dulu baru kita nanti lanjutin lagi “sebari beristirahat Memet bertanya kepada kakaknya.” Kakak bagai mana kalau kita habis ini  mengamen kan hitung-hitung menambah uang kita kakak”  lalu Cecep bingung ko bisa dia berfikir seperti itu. “ bener kamu de tapi, sebenarnya  kamu mau apa ?” Cecep begitu penasaran namun memet hanya menjawab “ tidak ada apa-apa kakak”.
            Mereka pun setelah beristirahat mereka melanjutkan kembali  perjuangannya mencari lembar rupiah. Cecep masih memikirkan kata-kata adiknya tadi.hingga suatu ketika cecep diam-diam mengawasi memet. Ternyata ketika waktu istirah dia bekerja mencari sampah ternyata memet memerhatikan anak yang sedang bermain mobilan remot kontro. Sejak saat itu,  Cecep tau apa yang diinginkan adiknya.semenjak itulah Cecep berubah bahkan Cecep sekarang diam-diam menyisihkan uangnya untuk membelikan adikny mobil remot kontro.Cecep tak pernah marah dengan memet karna ia tau kalau memet masih anak-anak perlu kasih sayang.
            Akhirnya seelah lama mengumpulkan uang Cecep langsung membelikan mobil remot kontrolnya..” adik ku ini kakak punya hadiah, tapi kakak minta maaf baru bisa memberikannya sekarang.”muka Memet pun terlihat begitu gembira,ia langsung membuka isi hadiah nya, betapa terkejutnya Memet karna apa yang diinginkannya selama ini sudah ada didepan matanya.” Terima kasih kakak, kakak sudah membelikan adik mobil remot control yang selama ini adik inginkan, kakak ini memang kakak yang super baik .” adiknya pun menangis sambil memeluk kakaknya karna merasa bahagia. Kakaknya pun tersenyum melihat adiknya bahagia walaupun Cecep harus berpuasa menahan lapar, untuk memenuhi keinginan adiknya.
            Dengan penuh semangat mereka berdua melanjukan kegiatan rutinya mengumpulkan sampah. Setelah banyak  sudah terkumpul mereka membawa hasil jerih payahnya selama tiga hari itu ke pengepul.hari ini mereka kembali bahagia karna mendapat hasil yang banyak yaitu Rp.20.000. mereka tak henti-hentinya  bersyukur atas apa yang didapatnya hari ini.
            Mereka berencana  untuk pergi ke warung untuk membeli nasi uduk karna perut mereka sudah kembali minta diisi. Mereka pun kini berjalan berdua dengan raut muka bahagia, belum sampai diwarung mereka bertemu dengan pereman. Uangnya habis diambil oleh pereman itu, adiknya pun menangis karna melihat hasil jerih payah mereka selama tiga hari diambil oleh peremah. Cecep pun hanya bisa diam dan tak mampu melawan lantaran badan pereman itu jauh lebih besar dibandingkan Cecep. Beruntungnya ia masih menyimpan uangnya Rp.5.000 di dalam kantong celananya. Adiknya pun menangis melihat uang mereka tinggal segitu.” Kakak uang itu kita gunakan untuk apa ?” Cecep pun hanya menjawab dengan senyuman. Sesampainya di warung Cecep membeli nasi uduk hanya sebungkus lantaran uangnya kurang ingin membeli dua.
            Cecep memberikan nasi uduk itu kepada adiknya. Walaupun Cecep sendiri sudah Dua hari ini berpuasa.adiknya pun makan dengan lahap “ kakak harus makan,kita makan berdua kakak.” Namun Cecep kini harus berbohong “kakak sudah makan, biyar adik saja yang makan.” Cecep pun tanpa disadari meneteskan air mata melihat adiknya sedang makan.
            Setelah isi perut adiknya terisi merek melanjutkan perjalanan mencari tempat untuk menginap. Malam ini mereka berdua lagi-lagi tidur di emperan toko. Dingin nya malam kini menjadi teman mereka berdua kini mereka berdua sudah terbiasa dengan keadaan ini.
            Pagi ini awan terlihat mendung namun tidak menyurutkan niat mereka berdua untuk mengais sisa-sisa rezeki yang bisa didapatnya.  Dia pun kembali mengais dan memilah sampah sampah yang ada seperti biyasa. Air kini mulai turun dari langit seakan-akan langit menangis melihat perjalanan hidup mereka yang keras.  Mereka tak menghiraukan hujan mereka terus saja mencari sampah yang masih bisa dijual. Sekitar lima jam mereka melawan hujan. Kini hujan mulai reda,tapi langit masih terlihat mendung entah apa yang dirasakan oleh adiknya Cecep ia begitu gelisah entah apa yang mebuatnya gelisah. ” Kakak jangan tinggalkan Memet yah ? “  itulah kata yang keluar dari mulut adiknya. Sontak Cecep pun kaget  “ ia adik ku kakak akan menjaga dan menemani kamu”
 Dengan tersenyum Cecep menasehati adiknya.  “ Adik ku kita hidup ini harus melawan arus jika nanti kamu sukses jangan pernah kamu berbohong karna kebohongan itu cepat atau lambat pasti ketahuan, kita lebih baik hidup menderita tapi tanpa kebohongan dari pada hidup serba ada tapi hasil dari kebohongan. Biarpun kita hidup menderita ataupun serba ada tapi kita jangan pernah lupa akan bersyukur atas apa yang diberikan tuhan kepada kita.”
Karna dirasa sudah cukup ia dan adiknya ingin menjualnya kepengepul. Entah apa yang dirasakan Cecep, hari ini tak seperti biasanya. Ketika Cecep dan adiknya  berjalan ingin menyebrang jalan cecep tidak melihat ada mobil, sampainya ditengah jalan datang mobil dari arah kanan dengan kecepatan tinggi. Cecep pun langsung mendorong adiknya “ awas adikkk” dan naasnya mobil itu menabrak Cecep. semua orang berlarian keluar rumah ingin melihat apa yang terjadi.
Adiknya pun menangis semakin menjadi melihat kakaknya penuh luka dan darah. Tak sempat  dibawa kerumah sakit kini kakaknya telah menyusul kedua orang tuanya. Memet pun begitu menyesal melihat apa yang terjadi kepada kakaknya. Kini memet benar-benar hidup sebatang karang.  dia tidak mempunyai satupun keluarga. Namun ia ingat pesan kakaknya tadi sebelum kakaknya pergi meninggalkannya untuk menyusul orang tuanya. Kini ia harus berjuang sendiri untuk melawan kerasnya hidup demi mewujudkan impian dan harapan kakaknya.

TAMAT

Minggu, 02 Juni 2013

Tangisan Anakku

Oleh:
Ayu Setya Ningrum
Dina Sari
Khairi Yanur
Kurnia Enggar S.
Ma'rifah
Nurhidayah
Siti  Maimunah

Disebuah desa ada sepasang suami istri yang bernama Pak Purnomo dan Bu Lastri. Dari awal mereka menikah banyak kejadian memilukan dalam hidupnya.
     Dalam pernikahannya dia memiliki 3 orang anak. Pada saat anak pertama, anak tersebut normal dia diberi nama Dewi. Siaat anak kedua lahir dia berjenis kelamin laki-laki dia diberi nama Iwan. Dan saat anak ketiganya lahir sayang anak tersebut tidak terlahir dengan normal dia terlahir hanya sebesar botol tanggung anak tersebut hanya seberat 1,8 kg dan setinggi 35cm.
     Kedua pasangan suami istri itu sangat terpukul atas keadaan fisik anak tersebut dan berharap keajaiban Tuhan berpihak pada anak ketiganya tersebut. Ternyata harapan mereka pun sia-sia Tuhan mengabulkan harapannya ternyata anak tersebut tumbuh dengan normal walau ia terlahir tidak normal. Anak itu bernama Ishak.
     Pada awalnya Bu Lastri dan Pak Purnomo itu sebenarnya adalah orang kaya. Tetapi karena ulah Pak Purnomo yang sering menghambur-hamburkan uang-uang dan hartanya untuk berjudi dan bersenang-senang akhirnya dia pun kehabisan hartanya.
     Pada sekitar tahun 2001 dia pergi merantau kesalah satu Provinsi yaitu KalSel dia meninggalkan istri dan ketiga anaknya tersebut. Lantaran dia tak kuasa atas keadaan yang penuh hutang disana, dia mencoba untuk berubah dan berusaha menebus kesalahannya kepada keluarganya.
     Dia pun mengadu nasib di KalSel berharap dapat menebus semua hutang-hutangnya yang telah ia tinggalkan. Dia pun selalu berusaha dan berdo’a ternyata dia berubah begitu pesat karena dia sadar, mencari seribu uang itu sangatlah sulit membutuhkan beribu-ribu curahan keringat. Akhirnya berka keringat kerja keras dan do’anya dia pun bisa membeli rumah didesa tersebut.
     Pada sekitar tahun 2003 dia menyuruh anak dan istrinya untuk ketempat dimana dia bisa merubah kembali keadaannya dan saat itulah istri dan anak-anaknya datang kedesa tersebut. Anak mereka pun sudah remaja semua. Pak Purnomo sangat senang karena itu dia lebih giat mencari nafkah untuk menciptakan senyuman-senyuman manis dari anak-anak dan istrinya. Karena Dewi telah merasa cukup bisa membantu ayahnya bekerja dia pun meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk membantu ayahnya mencukupi kebuTuhan keluarga dan kebuTuhan adik-adiknya yang sedang bersekolah. Akhirnya Pak Purnomo pun mengizinkan anaknya tersebut walau dalam hati sesal karena melihat anak pertamanya tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena keadaan uang naik turun. Dewi pun mencari pekerjaan, di akui memang sulit mencari pekerjaan sedang iahanyalah seorang wanita dengan pendidikan SMA, itu pun belum lulus tetapi ia malah memutuskan untuk berhenti dan melanjutkannya dengan bekerja berharap untuk dapat membantu mengurangi tanggungan ayahnya.
     Dia pun mendapatkan pekerjaan tak sebanding, tetapi ia tetap bersyukur atas pekerjaan itu. Pekerjaannya adalah sebagai pembantu rumah tagga walau ia hanya bekerja sebagai itu dia cukup bahagia karena menurutnya walau pun itu hanya pembantu tetapi dalam fikirnya tidak masalah selama itu merupakan pekerjaan yang halal. Pak Purnomo dan Bu Lastri pun bangga melihat semangat anaknya tersebut, sedang bu Lastri dan pak Purnomo didesa trsebut menjadi seorang petani.
     Pada suatu hari sempat terjadi perkelahian yang hebat antara bu Lastri dan pak Purnomo itu dikarenakan himpitan ekonomi sampai-sampai  sempat bu Lastri ingin mengakhiri hidupnya  dengan cara meminum racun. Tetapi niatnya tersebut diketahui oleh Dewi, Dewi pun gegas berteriak menghentikan tangan ibunya yang sudah memgang racun itu dan Dewi pun pelan-pelan membujuk ibunya agar ibunya tidak bertindak bodoh.
     Memang benar kehidupan itu sangat kejam, bahkan karena uang pun seseorang bisa lupa diri sampai ingin mengakhiri hidupnya. Ternyata didunia ini yang paling kejam tidaklah lain, tidaklah bukan adalah uang, uang dan uang.
     Dewi adalah gadis yang begitu cantik  banyak laki-laki didesa itu yang mengharapkan  cinta dari Dewi. Sehingga tidaklah heran banyak yang sakit hati karena ditolak oleh Dewi, karena Dewi sendiri merupakan gadis apa adanya, pendiam, dan cuek. Banyak laki-laki yang mencintai Dewi tetapi kecewa atas sikap Dewi.
     Sementara itu dalam pekerjaannya dia mendapatkan majikan yang luar biasa baiknya, majikannya tersebut telah menganggap Dewi sebagai anaknya sendiri dia tak pernah menganggap Dewi sebagai pembantunya karena dia tahu bahwa Dewi merupakan gadis yang sangat baik.
     Akhirnya didesa Dewi pun menjalin kasih dengan laki-laki didesanya. Laki-laki tersebut  sangat mencintai Dewibegitupun sebaliknya Dewi pun sangat mencintai laki-laki tersebut. Tetapi ternyata Tuhan berkata lain hubungan Dewi putus ditengah jalan setelah niatnya ingin bersama-sama menjalin rumah tangga berdua. Saat itu laki-laki tersebut sangat kecewa  pada keputusan Dewi, bisa dibilang dia sangat dendam pada Dewi.
     Pada saat itu dunia memang selalu berputar dirumah keadaan ekonomi kembali mengguncang rumah tangga kedua orang tua Dewi. Saat terpuruk itu Pak Purnomo dikenalkan bisnis oleh temannya sendiri, pak Purnomo sangat tergiur akan tawaran bisnis temannya tersebut pak Purnomopun segera mencari  solusi apa yang harus dia lakukan agar bisa mengikuti bisnis temannya tersebut. Pak Purnomo pun berbuat nekat, dia berani meminjam uang di bank  sebesar 30 juta dan menjual sawah-sawahnya sehingga pak Lasmana pun mempunyai uang yang cukup. Pak Purnomo pun berharap untuk berhasil ternyata keinginan pak Purnomo pun hanya khayalan belaka, ternyata apa yang dibayangkan tak sesuai dengan kenyataan. Pak Purnomo hanya bisa gigit jari karena orang yang dipercayanya ternyata kabur membawa uang-uang pak Purnomo.
     Dewi dan bu Lastri sangat kecewa dengan pak Purnomo, karena selama mengikuti bisnis itu pak Purnomo tidak pernah cerita pada bu Lastri dan Dewi, sehingga Dewi dan bu Lastri sangat terkejut mendengar pengakuan pak Purnomo tersebut.
     Pak Purnomo pun sangat setres  pada keadaan itu, dia sangat menyesal dan bingung  karena apa yang harus dilakukannya sedangkan hutangnya di bank selalu berbunga dia pun semakin pusing memikirkan semua itu. Akhirnya karena merasa sangat tertekan  pak Purnomo pun kabur lagi, kali ini dia pergi keluar negeri berharap mendapatkan pekerjaan yang dapat mencukupi untuk membayar hutang-hutangnya tersebut.
     Sedabgkan di Indonesia Dewi selalu berusaha untuk membayar hutang-hutang ayahnya di bank. Seberapalah gajih seorang pembantu, itu pun membuat Dewi tak sempat mencari dan berfikir untuk menikah, karena menurutnya sebelum dia melunasi hutang-hutang ayahnya dia tak ingin menikah dulu. Bu Lastri pun sangat kasihan melihat Dewi karena tahun ketahun umur Dewi pun bertambah bu Lastri takut jika Dewi tidak menikah-menikah.
     Akhirnya bu Lastri pun selalu menyuruh Dewi untuk segera menikah karena mengingat usia Dewi yang tak lagi muda. Dan Dwei pun mengabulkan keinginan ibunya, dia mengenalkan seorang laki-laki yang bernama Ivan ke ibunya dan ibunya pun setuju. Dan Dewi pun menikah bersama Ivan tanpa disadari ini merupakan awal penderitaan Dewi. Di saat Dewi hamil dia merasakan sakit yang tidak wajar pada pipi kanannya. Hal itu pun semakin menjadi-jadi pada saat ia melahirkan anaknya dia selalu merasakan sakit yang tidak wajar di pipinya.
     Sesudah anaknya lahir Dewi hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur, setiap saat setiap waktu Dewi selalu merasakan sakit-sakit yang tidak wajar, tetapi suaminya selalu setia mendapingi Dewi yang sedang sakit. Hari-hari dia lalui, minggu-minggu ia lalui, sampai bulan-bulan ia lalui Dewi tak pernah bisa menggendong anaknya karena penyakit yang tak wajar itu telah menggrogoti tubuhnya. Tubuhnya pun kurus kering seakan hanya tulang yang ditempeli kulit tanpa daging begitulah keadaan Dewi.
     Berbagai pengobatan telah dilakukan bahkan dia sudah dirawat di Rumah Sakit selama 2 bulan tetapi dokter selalu tidak berhasil mengidentifikasi penyakit Dewi. Keadaan pun semakin membingungkan, memang banyak yang tak percaya jika ilmu hitam itu tidak ada, tapi perlu kalian tahu ilmu hitam itu ada. Ilmu hitam bukanlah cerita dongeng tetapi itu nyata telah di alami Dewi.
     Akhirnya karena kehabisan biaya Ivan pun membawa Dewi pulang dan melakukan pengobatan alternatif saja. Tetapi itu sia-sia tak ada satu pun yang bisa menyembuhkan Dewi. Keluarga hanya bisa pasrah atas penyakit Dewi. Dewi pun juga pasrah atas keadaan yang tak bisa apa-apa dan hanya bisa terbaring lemas diatas kasur, ia hanya bisa tersenyum karena melihat anak yang dilahirkannya sudah mulai belajar berjalan. Hanya senyuman anaknya yang menumbuhkan semangat Dewi sembuh lagi, walau kesempatan sembuh hanya 1% saja, tetapi dia tetap optimis.
     Akan tetapi sakitnya hari kehari semakin tidak wajar, sakit tersebut makin menjadi-jadi sesekali dia berkata kepada ibunya bahwa dia sudah tidak kuat merasakan sakit itu, tetapi ibunya selalu menyemangati Dewi.
      Berbagai cara dilakukan kembali tetapi sama saja selalu tidak pernah bisa menyembuhkannya. Bahkan harta yang tersisa telah habis digunakan untuk pengobatan Dewi yang tak ada hasilnya.
     Akhirnya semua harapan sirna pada tanggal 13 mei 2013 Dewi pun meninggal dunia semua keluarga berusaha ikhlasmenerima kepergian Dewi karena keluarga telah lelah melihat Dewi yang setiap hari selalu merasakan sakit yang tak wajar itu.
     Dewi meninggalkan seorang anak yang berusia 1 tahun. Sungguh apakah Allah mempunyai rencana lain tiada lain dalam angan keluarga berharap semoga anak Dewi bisa menjadi orang yang sukses walau anak tersebut belum pernah merasakan hangatnya pelukan seorang ibu dan nikmatnya meminum ASI seorang ibu. Sedang yang membuat pilu ayah dewi yang berada diluar negeri sampai sekarang dia tak tahu bahwa anaknya dewi meninggal dunia.
     Semoga anak itu bisa menjadi orang yang berhasil kelak, dan arwah dewi berada ditempat terbaik disisi Allah. Amiiiiin...!!!!