Minggu, 02 Juni 2013

Tangisan Anakku

Oleh:
Ayu Setya Ningrum
Dina Sari
Khairi Yanur
Kurnia Enggar S.
Ma'rifah
Nurhidayah
Siti  Maimunah

Disebuah desa ada sepasang suami istri yang bernama Pak Purnomo dan Bu Lastri. Dari awal mereka menikah banyak kejadian memilukan dalam hidupnya.
     Dalam pernikahannya dia memiliki 3 orang anak. Pada saat anak pertama, anak tersebut normal dia diberi nama Dewi. Siaat anak kedua lahir dia berjenis kelamin laki-laki dia diberi nama Iwan. Dan saat anak ketiganya lahir sayang anak tersebut tidak terlahir dengan normal dia terlahir hanya sebesar botol tanggung anak tersebut hanya seberat 1,8 kg dan setinggi 35cm.
     Kedua pasangan suami istri itu sangat terpukul atas keadaan fisik anak tersebut dan berharap keajaiban Tuhan berpihak pada anak ketiganya tersebut. Ternyata harapan mereka pun sia-sia Tuhan mengabulkan harapannya ternyata anak tersebut tumbuh dengan normal walau ia terlahir tidak normal. Anak itu bernama Ishak.
     Pada awalnya Bu Lastri dan Pak Purnomo itu sebenarnya adalah orang kaya. Tetapi karena ulah Pak Purnomo yang sering menghambur-hamburkan uang-uang dan hartanya untuk berjudi dan bersenang-senang akhirnya dia pun kehabisan hartanya.
     Pada sekitar tahun 2001 dia pergi merantau kesalah satu Provinsi yaitu KalSel dia meninggalkan istri dan ketiga anaknya tersebut. Lantaran dia tak kuasa atas keadaan yang penuh hutang disana, dia mencoba untuk berubah dan berusaha menebus kesalahannya kepada keluarganya.
     Dia pun mengadu nasib di KalSel berharap dapat menebus semua hutang-hutangnya yang telah ia tinggalkan. Dia pun selalu berusaha dan berdo’a ternyata dia berubah begitu pesat karena dia sadar, mencari seribu uang itu sangatlah sulit membutuhkan beribu-ribu curahan keringat. Akhirnya berka keringat kerja keras dan do’anya dia pun bisa membeli rumah didesa tersebut.
     Pada sekitar tahun 2003 dia menyuruh anak dan istrinya untuk ketempat dimana dia bisa merubah kembali keadaannya dan saat itulah istri dan anak-anaknya datang kedesa tersebut. Anak mereka pun sudah remaja semua. Pak Purnomo sangat senang karena itu dia lebih giat mencari nafkah untuk menciptakan senyuman-senyuman manis dari anak-anak dan istrinya. Karena Dewi telah merasa cukup bisa membantu ayahnya bekerja dia pun meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk membantu ayahnya mencukupi kebuTuhan keluarga dan kebuTuhan adik-adiknya yang sedang bersekolah. Akhirnya Pak Purnomo pun mengizinkan anaknya tersebut walau dalam hati sesal karena melihat anak pertamanya tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena keadaan uang naik turun. Dewi pun mencari pekerjaan, di akui memang sulit mencari pekerjaan sedang iahanyalah seorang wanita dengan pendidikan SMA, itu pun belum lulus tetapi ia malah memutuskan untuk berhenti dan melanjutkannya dengan bekerja berharap untuk dapat membantu mengurangi tanggungan ayahnya.
     Dia pun mendapatkan pekerjaan tak sebanding, tetapi ia tetap bersyukur atas pekerjaan itu. Pekerjaannya adalah sebagai pembantu rumah tagga walau ia hanya bekerja sebagai itu dia cukup bahagia karena menurutnya walau pun itu hanya pembantu tetapi dalam fikirnya tidak masalah selama itu merupakan pekerjaan yang halal. Pak Purnomo dan Bu Lastri pun bangga melihat semangat anaknya tersebut, sedang bu Lastri dan pak Purnomo didesa trsebut menjadi seorang petani.
     Pada suatu hari sempat terjadi perkelahian yang hebat antara bu Lastri dan pak Purnomo itu dikarenakan himpitan ekonomi sampai-sampai  sempat bu Lastri ingin mengakhiri hidupnya  dengan cara meminum racun. Tetapi niatnya tersebut diketahui oleh Dewi, Dewi pun gegas berteriak menghentikan tangan ibunya yang sudah memgang racun itu dan Dewi pun pelan-pelan membujuk ibunya agar ibunya tidak bertindak bodoh.
     Memang benar kehidupan itu sangat kejam, bahkan karena uang pun seseorang bisa lupa diri sampai ingin mengakhiri hidupnya. Ternyata didunia ini yang paling kejam tidaklah lain, tidaklah bukan adalah uang, uang dan uang.
     Dewi adalah gadis yang begitu cantik  banyak laki-laki didesa itu yang mengharapkan  cinta dari Dewi. Sehingga tidaklah heran banyak yang sakit hati karena ditolak oleh Dewi, karena Dewi sendiri merupakan gadis apa adanya, pendiam, dan cuek. Banyak laki-laki yang mencintai Dewi tetapi kecewa atas sikap Dewi.
     Sementara itu dalam pekerjaannya dia mendapatkan majikan yang luar biasa baiknya, majikannya tersebut telah menganggap Dewi sebagai anaknya sendiri dia tak pernah menganggap Dewi sebagai pembantunya karena dia tahu bahwa Dewi merupakan gadis yang sangat baik.
     Akhirnya didesa Dewi pun menjalin kasih dengan laki-laki didesanya. Laki-laki tersebut  sangat mencintai Dewibegitupun sebaliknya Dewi pun sangat mencintai laki-laki tersebut. Tetapi ternyata Tuhan berkata lain hubungan Dewi putus ditengah jalan setelah niatnya ingin bersama-sama menjalin rumah tangga berdua. Saat itu laki-laki tersebut sangat kecewa  pada keputusan Dewi, bisa dibilang dia sangat dendam pada Dewi.
     Pada saat itu dunia memang selalu berputar dirumah keadaan ekonomi kembali mengguncang rumah tangga kedua orang tua Dewi. Saat terpuruk itu Pak Purnomo dikenalkan bisnis oleh temannya sendiri, pak Purnomo sangat tergiur akan tawaran bisnis temannya tersebut pak Purnomopun segera mencari  solusi apa yang harus dia lakukan agar bisa mengikuti bisnis temannya tersebut. Pak Purnomo pun berbuat nekat, dia berani meminjam uang di bank  sebesar 30 juta dan menjual sawah-sawahnya sehingga pak Lasmana pun mempunyai uang yang cukup. Pak Purnomo pun berharap untuk berhasil ternyata keinginan pak Purnomo pun hanya khayalan belaka, ternyata apa yang dibayangkan tak sesuai dengan kenyataan. Pak Purnomo hanya bisa gigit jari karena orang yang dipercayanya ternyata kabur membawa uang-uang pak Purnomo.
     Dewi dan bu Lastri sangat kecewa dengan pak Purnomo, karena selama mengikuti bisnis itu pak Purnomo tidak pernah cerita pada bu Lastri dan Dewi, sehingga Dewi dan bu Lastri sangat terkejut mendengar pengakuan pak Purnomo tersebut.
     Pak Purnomo pun sangat setres  pada keadaan itu, dia sangat menyesal dan bingung  karena apa yang harus dilakukannya sedangkan hutangnya di bank selalu berbunga dia pun semakin pusing memikirkan semua itu. Akhirnya karena merasa sangat tertekan  pak Purnomo pun kabur lagi, kali ini dia pergi keluar negeri berharap mendapatkan pekerjaan yang dapat mencukupi untuk membayar hutang-hutangnya tersebut.
     Sedabgkan di Indonesia Dewi selalu berusaha untuk membayar hutang-hutang ayahnya di bank. Seberapalah gajih seorang pembantu, itu pun membuat Dewi tak sempat mencari dan berfikir untuk menikah, karena menurutnya sebelum dia melunasi hutang-hutang ayahnya dia tak ingin menikah dulu. Bu Lastri pun sangat kasihan melihat Dewi karena tahun ketahun umur Dewi pun bertambah bu Lastri takut jika Dewi tidak menikah-menikah.
     Akhirnya bu Lastri pun selalu menyuruh Dewi untuk segera menikah karena mengingat usia Dewi yang tak lagi muda. Dan Dwei pun mengabulkan keinginan ibunya, dia mengenalkan seorang laki-laki yang bernama Ivan ke ibunya dan ibunya pun setuju. Dan Dewi pun menikah bersama Ivan tanpa disadari ini merupakan awal penderitaan Dewi. Di saat Dewi hamil dia merasakan sakit yang tidak wajar pada pipi kanannya. Hal itu pun semakin menjadi-jadi pada saat ia melahirkan anaknya dia selalu merasakan sakit yang tidak wajar di pipinya.
     Sesudah anaknya lahir Dewi hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur, setiap saat setiap waktu Dewi selalu merasakan sakit-sakit yang tidak wajar, tetapi suaminya selalu setia mendapingi Dewi yang sedang sakit. Hari-hari dia lalui, minggu-minggu ia lalui, sampai bulan-bulan ia lalui Dewi tak pernah bisa menggendong anaknya karena penyakit yang tak wajar itu telah menggrogoti tubuhnya. Tubuhnya pun kurus kering seakan hanya tulang yang ditempeli kulit tanpa daging begitulah keadaan Dewi.
     Berbagai pengobatan telah dilakukan bahkan dia sudah dirawat di Rumah Sakit selama 2 bulan tetapi dokter selalu tidak berhasil mengidentifikasi penyakit Dewi. Keadaan pun semakin membingungkan, memang banyak yang tak percaya jika ilmu hitam itu tidak ada, tapi perlu kalian tahu ilmu hitam itu ada. Ilmu hitam bukanlah cerita dongeng tetapi itu nyata telah di alami Dewi.
     Akhirnya karena kehabisan biaya Ivan pun membawa Dewi pulang dan melakukan pengobatan alternatif saja. Tetapi itu sia-sia tak ada satu pun yang bisa menyembuhkan Dewi. Keluarga hanya bisa pasrah atas penyakit Dewi. Dewi pun juga pasrah atas keadaan yang tak bisa apa-apa dan hanya bisa terbaring lemas diatas kasur, ia hanya bisa tersenyum karena melihat anak yang dilahirkannya sudah mulai belajar berjalan. Hanya senyuman anaknya yang menumbuhkan semangat Dewi sembuh lagi, walau kesempatan sembuh hanya 1% saja, tetapi dia tetap optimis.
     Akan tetapi sakitnya hari kehari semakin tidak wajar, sakit tersebut makin menjadi-jadi sesekali dia berkata kepada ibunya bahwa dia sudah tidak kuat merasakan sakit itu, tetapi ibunya selalu menyemangati Dewi.
      Berbagai cara dilakukan kembali tetapi sama saja selalu tidak pernah bisa menyembuhkannya. Bahkan harta yang tersisa telah habis digunakan untuk pengobatan Dewi yang tak ada hasilnya.
     Akhirnya semua harapan sirna pada tanggal 13 mei 2013 Dewi pun meninggal dunia semua keluarga berusaha ikhlasmenerima kepergian Dewi karena keluarga telah lelah melihat Dewi yang setiap hari selalu merasakan sakit yang tak wajar itu.
     Dewi meninggalkan seorang anak yang berusia 1 tahun. Sungguh apakah Allah mempunyai rencana lain tiada lain dalam angan keluarga berharap semoga anak Dewi bisa menjadi orang yang sukses walau anak tersebut belum pernah merasakan hangatnya pelukan seorang ibu dan nikmatnya meminum ASI seorang ibu. Sedang yang membuat pilu ayah dewi yang berada diluar negeri sampai sekarang dia tak tahu bahwa anaknya dewi meninggal dunia.
     Semoga anak itu bisa menjadi orang yang berhasil kelak, dan arwah dewi berada ditempat terbaik disisi Allah. Amiiiiin...!!!!

0 komentar:

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net

Posting Komentar